Keunikan Rumah dan
Tradisi Suku Sasak di Desa Sade, Lombok Tengah
Lombok tak hanya kaya
akan potensi wisatanya saja namun juga memiliki potensi wisata budaya yang
sayang jika dilewatkan. Jika ingin menikmati wisata budaya di Lombok kamu harus
berkunjung ke Desa Sade.
Adalah desa tempat
bermukimnya Suku Sasak yang merupakan suku asli masyarakat Lombok. Kabarnya
kebudayaan suku ini juga tercatat dalam Kitab Negara Kertagama karangan Mpu
Nala dari Kerajaan Majapahit.
Letaknya berada di
daerah Rambitan yang juga tak jauh dari pusat kota. Tepatnya bisa kamu temukan
di Kecamatan Puju, Kabupaten Lombok Tengah. Hanya butuh waktu 15 hingga 20
menit dari Bandara Internasional Lombok.
Warga Sasak tak
menutup diri kepada wisatawan. Justru mereka dengan terbuka menjadikan tempat
bernaungnya untuk objek wisata. Siapa pun boleh datang, siapapun boleh
berkunjung ke Desa Sade.
Loading Instagram
Tiba di sana, kamu
akan disambut dengan tulisan "Selamat Datang di Desa Sade" yang
berhiaskan ijuk khas atap rumah tradisional suku Sasak.
Suku Sasak memiliki
magnet yang kuat untuk menarik pengunjung untuk datang. Salah satunya adalah
bangunan rumah yang masih menjaga keaslian adat istiadat.
Bagian atap terbuat
dari ijuk jerami atau rumbia. Untuk dinding atau bilik semuanya dari bambu.
Sedangkan lantainya dibuat dari campuran getah pohon, abu jerami dan tanah
liat.
Desa ini berada di
perbukitan tanah liat, jarak antara bangunan sangat rapat, tersusun rapi ke
atas. Masing-masing bangunan dihubungkan dengan jalan setapak.
Menurut penggunaanya,
bangunan ini dibagi menjadi tiga tipe. Bale Bonter yaitu rumah milik pejabat
desa, Bale Kodong untuk warga yang baru menikah atau untuk para orang tua yang
ingin menghabiskan masa tunya. Dan Bale Tani, tempat tinggal bagi yang berkeluarga
dan memiliki keturunan.
Pintu masuk rumahnya
juga unik. Dibuat serendah mungkin sebagai simbol penghormatan kepada pemilik
rumah.
Bagian rumah juga
terbagi menjadi dua yaitu rumah belakang yang letaknya lebih tinggi. Berfungsi
untuk anak gadis sebagai kamar tidur, dapur dan tempat melahirkan. Ruang depan
yang berfungsi untuk ruang tamu sekaligus kamar tidur.
Ruangan bagian depan
bagian kanan untuk kamar tidur bapak dan ibu. Sedangkan bagian kiri untuk kamar
tidur anak laki-laki, ruang tamu dan langit-langitnya terdapat rak untuk
menyimpan pusaka dan benda berharga.
Di tengah rumah yang
sempit terdapat tiga buah anak tangga untuk menghubungkan ruangan depan dan
belakang. Anak tangga pertama menyimbolkan Tuhan, kedua adalah ibu dan yang
terakhir adalah bapak.
Yang menjadi keunikan
lainnya adalah kebiasaan masyarakat untuk mengepel lantai dengan kotoran
kerbau. Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari
debu dan membuat lantai terasa halus dan lebih kuat.
Mereka percaya kotoran
kerbau ini dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis untuk
penghuni rumah. Tradisi ini dilakukan setiap sekali dalam seminggu atau pada
waktu-waktu tertentu seperti sebelum dimulainya upacara adat.
Lantai rumah digosok
dengan kotoran kerbau kemudian dicampur dengan air. Setelah kering disapu dan
digosok dengan batu.
Namun, jangan salah
sangka, biarpun menggunakan kotoran kerbau nyatanya tidak ada bekas bau kotoran
kerbau yang tercium sama sekali.
Komentar
Posting Komentar